Pencurian dan Penyalahgunaan Identitas Online: Analisis Kasus Teror yang Mengatasnamakan Pengemudi GrabBike

Kelompok A:
1. Annisa Kurnia I. (1506685990)
2. Dhika Pertiwi (1506755605)
3. Khairunnisa Nirmala D. (1506685920)
4. Seishya Zolanita Elzila (1506685952)

Perkembangan teknologi informasi membantu dan memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Salah satu inovasi teknologi yang saat ini sangat marak berkembang yaitu di bidang transportasi online. Hampir seluruh platform media digital khususnya aplikasi transportasi online meminta calon penggunanya memasukan data identitas untuk registrasi atau mendaftar. Data tersebut terdiri dari nama, alamat email, dan nomor handphone. Kita sebagai pengguna merasa sangat terbantu dengan adanya aplikasi ini, yang sebenarnya dengan tidak sadar pengguna mengunggah data pribadinya pada aplikasi tersebut. Menurut Determann (2012), banyak pengguna sosial media yang berkata mereka tidak memperhatikan kebijakan suatu sosial media tentang privasi mereka. Mereka lebih peduli tentang sosial media yang gratis dibanding apa yang akan dilakukan dengan data mereka.

Setiap aplikasi media digital menggunakan sistem algoritma dalam menjalankan aplikasinya, yang mana algoritma tersebut dapat membaca kebiasaan pegguna dalam menggunakan aplikasi. Menurut Cormen, dkk (2009, p. 5) algoritma adalah segala prosedur komputerisasional yang terdefinisi dengan baik dengan mengambil beberapa nilai atau seperangkat nilai sebagai input dan memproduksi beberapa nilai atau seperangkat nilai sebagai output. Salah satu contohnya ketika pengguna transportasi online melakukan pemesanan, maka sudah ada rekomendasi tempat tujuan yang biasanya dituju pengguna aplikasi tersebut. Informasi tersebut dengan mudahnya  diakses oleh aplikasi yang mana tidak ada jaminan privasi identitas online terjaga kerahasiannya dan tidak disalahgunakan. Menurut Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 20 Tahun 2016, privasi merupakan kebebasan pemilik data pribadi untuk menyatakan rahasia atau tidak menyatakan rahasia atas data pribadinya. Pastinya seseorang ingin privasinya terjaga dan tidak jatuh di tangan orang yang tidak bertanggung jawab.

Pada tanggal 14 Mei 2017 lalu, media sosial Line gempar dengan kasus teror yang dilakukan oleh pengemudi Grab Bike kepada pengguna Grab yang berinisial DC. Postingan pada media sosial tersebut berisikan screenshot percakapan di Whatsapp antara pengemudi Grab Bike dengan DC yang menjadi korban teror. Percakapan tersebut mengandung kata-kata kasar dan tidak bermoral dari driver grab yang bernama Sukis kepada DC. Sukis mengeluhkan perlakuan DC yang sering sekali menggunakan promo sehingga Sukis merasa itu merugikan dirinya dan driver Grab lainnya karena penghasilan mereka menjadi berkurang karena adanya penggunaan promo tersebut. Namun keluhannya tersebut mengarah pada perkataan yang bersifat melecehkan dan berisi kemarahan. Walaupun demikian, DC menyatakan bahwa dia selalu melebihkan pembayaran. Namun tetap saja Sukis mengeluarkan perkataan yang tidak selayaknya, dia mengatakan bahwa akan memberikan tumpangan gratis kepada DC dengan syarat DC harus melayani Sukis dan driver Grab lainnya di ranjang, sebagai ganti penggunaan promo. Hal itu menyulut emosi DC sehingga dia ingin bertemu secara langsung untuk menyelesaikan masalah ini, karena ucapannya Sukis sudah keterlaluan.

Sukis pun menantang kembali dengan memberikan alamat di mana DC bisa menemuinya, yaitu di pangkalan Komunitas Grab Bike di Pondok Cina, yaitu Komunitas Jangkar yang diketuai oleh Mbot. Menindaklanjuti hal ini, DC pun akhirnya mengunjungi alamat yang diberikan untuk menemui Sukis, namun ternyata telah terjadi pencurian identitas atas nama Sukis. Nomor yang digunakan pelaku pun bukan merupakan nomer handpohone Sukis dan tidak terdaftar pada nomor handphone driver Grab. Ternyata yang melakukan teror kepada DC merupakan seseorang yang mencuri identitas Sukis sehingga pada gambar profil dan nama pada Whatsapp menggunakan nama dan fotonya. 
Sumber: Google.com
Sukis menjelaskan bahwa beberapa hari lalu ada yang memesan Grab Bike namun ternyata pemesan tersebut tidak bisa dihubungi dan tidak jelas sehingga pemesanan tersebut dibatalkan. Dari sini muncul asumsi bahwa pencurian identitas Sukis dilakukan pelaku dengan memesan Grab Bike sehingga dia bisa menggunakan data yang tertera dan menyamar sebagai driver Grab Bike untuk melakukan teror kepada costumer. Hal yang meresahkan para pengguna ojek online ini pun akhirnya diklarivikasi oleh Komunitas Grab Bike di Pondok Cina, yaitu Komunitas Jangkar yang diketuai oleh Mbot bahwa anggota mereka tidak melakukan teror, namun sampai sekarang pelaku tersebut masih dalam pencarian.

Kasus tersebut merupakan bentuk pencurian identitas online yang dilakukan oleh pelaku. Privasi korban diakses pelaku secara tidak bertanggung jawab dan digunakan untuk meneror korban untuk kepentingan pelaku itu sediri. Tidak hanya korban DC yang dirugikan tetapi juga pegemudi Grab bernama Sukis yang identitasnya disalahgunakan untuk tindakan tidak menyenangkan kepada DC. 

Dalam kasus ini, dapat disimpulkan bahwa identitas pribadi pengguna dan pengemudi Grab dapat diretas dan diakses oleh orang tidak bertanggung jawab secara mudah. Oleh karea itu, sebagai pengguna internet yang bijak kita harus lebih berhati – hati dalam memasukan data pribadi dan membaca kebijakan privasi yang disediakan oleh platform. Sebagai pegguna Grab, pengguna dapat membaca kebijakan privasi Grab disini

Referensi:

Cormen, T., Leiserson, C., Rivest, R., & Stein, C. (2009). Introduction to Algorithms (3rd ed.). Massachusetts: The MIT Press.
Determann, Lothar. (2012). Social Media privacy: A Dozen Myths and Facts. Stanford: Symposium of the Stanford Technology Law Review

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2016, diakses dari https://jdih.kominfo.go.id/produk_hukum/view/id/553/t/peraturan+menteri+komunikasi+dan+informatika+nomor+20+tahun+2016+tanggal+1+desember+2016 tanggal 20 Mei 2017 pukul 13.00

CONVERSATION

32 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Saya setuju dengan artikel ini. Kemajuan teknologi informasi juga memiliki kemundurannya tersendiri. Salah satunya adalah penyalahgunaan informasi dan data pribadi yang dianggap kecil dan disepelekan kejahatannya. Menggangu privasi dan menyalahgunakan informasi adalah hal yang salah dan berlaku untuk seluruh perusahaan mana pun, tidak hanya jasa layanan transportasi online. Peristiwa ini tidak dapat dipungkiri mampu menyebabkan trust issues bagi para penumpang. Dengan demikian, perusahaan penyedia layanan ojek online harus mengambil sikap tegas dan memperketat kembali regulasi terkait agar hal seperti ini tidak lagi terulang. - Arifianka R. Buhron (150668984)

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas postnya yang sangat bermanfaat! Saya baru mengetahui bahwa identitas driver Grab ini dicuri oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Ini membuka mata saya bahwa ternyata pelanggaran privasi dalam dunia transportasi online tidak hanya menimpa para pelanggan, tapi ternyata dapat menimpa para pengemudi juga. Memang terkadang kita tidak menyadari bahwa identitas yang kita input ke dalam sistem internet belum tentu aman. Tentunya setelah mengetahui hal ini kita harus lebih berhati-hati apabila hendak memasukkan data-data yang bersifat personal. Semoga peristiwa yang menimpa Pak Sukis ini tidak menimpa driver-driver lainnya, dan semoga kasus ini cepat mendapatkan jalan keluar.

    Saeka Minami Kalpika (1506686066)

    BalasHapus
  4. Artikel ini sarat informasi, jujur saya terkejut begitu tahu bahwa kasus ini merupakan kasus pencurian identitas korban sebagai driver oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sudah menjadi kultur kita bahwa kita cenderung menginginkan sesuatu yang instan tanpa berpikir panjang, apabila kita mengambil langkah sedikit lebih jauh demi keamanan tentu hal seperti ini dapat terhindar. Contohnya yaitu ketika diantar atau dijemput transportasi online usahakan di tempat yang ramai, kemudian kita dapat menggunakan nomer yang berbeda dengan yang terdaftar ataupun menggunakan fitur chat pada salah satu aplikasi transportasi online. Terkadang sering kali kita tidak sadar kalau privasi kita dapat saja dilanggar dengan memberikan data pribadi untuk sejumlah hal yang menurut kita sepele seperti memberikan nomer telepon untuk mendapat sample produk, kita perlu menghindari memberikan data pribadi jika tidak tahu akan digunakan untuk apakah data tersebut. - Amelia Natasha Hilal (1506755510)

    BalasHapus
  5. Walaupun tidak ada pihak yang dirugikan secara materiil, tetap saja data identitas seseorang telah digunakan secara tidak bertanggung jawab. Perbuatan tidak bertanggung jawab itu juga telah memanipulasi seseorang yang akhirnya mungkin bisa terjadi konflik yang berujung kepada kekerasan dan perpecahan. Jika kasus seperti ini tetap berlanjut, pihak perusahaan diharapkan untuk lebih menjaga aplikasi dari akun-akun yang ingin memecah seperti ini.

    BalasHapus
  6. Memang sebisa mungkin kita harus melindungi privasi kita di dunia maya. Minimal saat memesan transportasi online ke rumah, kita bisa menaruh tempat tujuan tidak tepat di rumah kita, bisa ke fasilitas publik yang dekat dari rumah agar sistem dan driver nakal tidak bisa mengganggu kita. Terima kasih atas tambahan wawasannya!

    Nadira Bella, 1506686021

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kasus juga bisa cepat diselesaikan dan pihak perusahaan bisa memperbaiki sistem agar mustahil untuk diretas atau berada di tangan pihak tak bertanggung jawab.

      Hapus
  7. Abshar Aryun- 1506756242

    Dear Kelompok A,

    Artikel yang tim penulis susun hampir serupa dengan artikel tim G ( dapat diakses di http://mediadisekitarkita.blogspot.co.id/2017/05/a-bliss-or-disaster.html ) namun memiliki perbedaan dari sudut pandang, terutama adalah korban pencurian identitas dimana driver / pengemudi adalah pihak utama yang merasakan pencurian identitas.

    Memiliki rasa aman adalah hal utama untuk dimiliki setiap orang, dan sayangnya, hal tersebut belum bisa diciptakan di mana saja. Pada dasarnya, pelaku mungkin hanya berniat iseng dan coba-coba, namun perilaku tersebut sudah menebarkan teror dan melecehkan perempuan dari berbagai sisi, terutama budaya pemerkosaan (rape culture).

    Bagi kita selaku akademisi, terutama di bidang sosial, penting untuk menyadari masalah-masalah sosial dan bersikap kritis serta berusaha memunculkan solusi dari masalah tersebut. Menciptakan keseimbangan di komunitas sosial adalah salah satu dari banyak fungsi ilmu sosial, dan kasus ini adalah salah satu penggambaran bagaimana globalisasi dan teknologi bisa memberikan kemaslahatan publik, dan bisa juga merugikan salah satu pihak.

    Post yang cukup baik, komprehensif, berdasarkan fakta dan menarik pembaca untuk berkomentar lebih lanjut.

    Best Regards,

    Abshar

    BalasHapus
  8. Saya cukup setuju dengan artikel ini, dimana di era digitalisasi seperti saat ini, privasi sudah sulit untuk dihormati, berbagai macam orang akan melakukan hal tidak terpuji untuk memperoleh sesuatu, salah satunya dengan menggunakan informasi pribadi orang lain. Seperti yang bisa kita lihat, bentuk pelanggaran Teknologi Informasi dan Komunikasi seperti ini sudah mudah dilakukan bahkan tanpa perlu seseorang untuk menjadi seorang ahli teknologi baru. Tindakan seperti ini tentunya akan menimbulkan trust issues masyarakat terhadap penggunaan teknologi internet, khususnya dalam penggunaan aplikasi yang sebenarnya sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari. Kejadian seperti ini merupakan dampak dari berkembangnya budaya teknologi informasi komunikasi, dimana kita dapat menjadi seseorang yang bukan merupakan diri kita, dengan salah satu contoh negatifnya yaitu ini, pemalsuan idnetitas. Semoga dengan adanya pembelajaran yang lebih lanjut terhadap pemanfaatan teknologi, kasus seperti ini tidak akan terulang lagi.
    -Qatrunnada Nadhifah (1506720684)

    Catatan untuk penulis: Tolong perbaiki kembali penulisan kata "diklarivikasi" dengan kata "diklarifikasi" dan typo-typo yang terjadi pada artikel demi kualitas artikel yang lebih baik lagi :)

    BalasHapus
  9. Menurut saya, perihal pelanggaran penggunaan privasi melalui online database memang harus segera dibentuk kebijakan konkretnya. Jangan sampai di era digital nanti, UU Privasi masih terpecah-pecah.

    Kemudian juga, harus ada bentuk pertanggungjawaban tidak hanya dari perusahaan online seperti Grab, tapi juga pihak yang membuat e-commerce Indonesia semakin berkembang, contohnya adalah idEA dan BEKRAF. Masyarakat, tidak banyak yang mengetahui bahwa idEA atau Asosiasi E-Commerce Indonesia ini memiliki misi yaitu untuk menjadi mitra pemerintah dalam akselerasi penetapan regulasi industri (https://www.idea.or.id/tentang-kami/apa-yang-kami-lakukan). Terimakasih.

    Elgine Harits - 1506720646

    BalasHapus
  10. Halo Kelompok A!

    Saya sangat setuju dengan kalian bahwa dijaman ini sudah banyak hak privasi yang dilanggar oleh banyak orang, untuk memanfaatkan hal tertentu. Saya sudah tau tentang kasus ini beberapa hari lalu, dan jujur saya cukup kaget mengetahui bahwa sebenarnya yang mengirim pesan itu bukanlah supir Grab Bike, melainkan orang lain yang sengaja menggunakan identitas tersebut untuk melakukan hal-hal tidak baik.

    Hal itu sempat membuat saya trauma untuk menggunakan transportasi online, karena saya sendiri merupakan pengguna setia dari transportasi tersebut sebelum dan sesudah pulang kampus. Semoga perusahaan Grab Bike bisa mengatasi hal ini, dan menjaga privasi dari supir Grab & pelanggannya ya! Amin

    Sukses :)

    Yasmin Nur Fatimah - 1506686192

    BalasHapus
  11. Wah! Saya benar-benar melihat dari sudut pandang yang berbeda. Topik yang diangkat oleh kelompok ini sangat menarik seperti memberikan jawaban terhadap apa yang diangkat oleh http://mediadisekitarkita.blogspot.co.id/2017/05/a-bliss-or-disaster.html. Postingan ini menunjukkan bahwa pencurian identitas dapat juga berasal dari data diri sang pengemudi. Membingungkan melihat maksud dari oknum yang mencuri identitas driver untuk meneror customer dengan cara yang tidak etis. Ini bisa saja datang dari pihak yang ingin menjatuhkan citra grab itu sendiri dengan cara-cara seperti ini. Lagi-lagi ranah privasi menjadi bahan empuk sasaran pihak tidak bertanggung jawab. Dari hal ini saya dapat memetik dua hal, harus mencari tahu lebih dahulu verifikasi suatu informasi agar tidak terjadi misjudging dan efek media sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat untuk cepat percaya pada suatu informasi. Akhir kalimat, berhati-hatilah dengan privasi "online" mu.

    Margaretha Nazhesda, 1506686135

    BalasHapus
  12. Saya baru saja mendengar cerita mengenai kasus ini sore tadi, namun saya baru mendapatkan penjelasan melalui tulisan kalian bahwa yang menjadi korban disini bukanlah pengguna (DC) saja, melainkan supir Grab bernama Sukis yang digunakan identitasnya oleh orang lain untuk melakukan teror yang mencoreng nama baik Grab dan mengganggu privasi pengguna tersebut. Namun, saya sedikit kebingungan dengan penjelasan/pengertian algoritma yang kalian berikan di awal tulisan dengan kaitannya pada kasus pencurian identitas ini. Mungkin dapat lebih dijelaskan bagaimana algoritma berperan dalam proses pencurian identitas tersebut? Terima kasih atas informasinya, semoga kritik dan saran ini dapat membantu.

    -Btari Nadine Isaputri (1506756186)

    BalasHapus
  13. Sungguh sebuah contoh yang nyata bagi technology determinism, dimana kemajuan teknologi membawa dampak munculnya tindak kriminalitas baru bagi masyarakat. Jika sudah begini pihak perusahaan transportasi online wajib melindungi konsumen dengan memperketat peraturan dan sistem agar tidak mudah diretas. Toh pengguna sudah setuju ketika menginstall aplikasi tersebut akan mengakses ke nomor telepon dan data pribadinya, jadi bagaimana kebijakan perusahaan yang dipercaya untuk melindunginya. Semoga kedepannya masalah seperti ini tidak muncul kembali karena faktor utamanya adalah "ekonomi" alias pemakaian promo.

    Salam,
    Amalia Mahdini-1506686034

    BalasHapus
  14. Terima kasih atas sajian artikel menarik dari kelompok! Saya baru tahu bahwa driver juga dapat menjadi korban dari pemalsuan identitas di internet.
    Terlepas dari motif apa yang dicoba pelaku dengan melakukan hal ini, kita bisa melihat bagaimana pentingnya menjaga data pribadi kita yg dapat disalahgunakan oleh orang lain. Pak Sukin tentunya bisa menuntut agar kasus ini diproses berdasarkan UU ITE tentang pencemaran nama baik. Semoga kasus dapat diselesaikan dan Grab sebagai penyedia layanan dapat menemukan solusi atas hal ini, misalnya dengan membuat nomor handphone pengguna tidak dapat disimpan.
    -Evi Kusumaningrum (1506729481)

    BalasHapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  16. Kasus di atas merupakan kasus yang baru dan menarik untuk saya, saya baru tahu bahwa pencurian identitas juga bisa terjadi kepada si pengemudi. Pencurian identitas tersebut bisa berdampak buruk, khususnya untuk Grab, karena citranya yang sudah terlanjur tersebar menjadi ojek online yang ‘tidak aman’. Tulisan ini sangat bermanfaat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati lagi ketika mengisi informasi tentang identitas personal kita di internet, karena kita belum tahu data-data yang kita berikan bisa berdampak apa bagi kita sendiri. Terima kasih atas informasinya!

    Winona Amabel 1506730861

    BalasHapus
  17. Topik yang sangat serius mengenai privasi. Sulit rasanya menjaga privasi di era internet seperti sekarang, belum lagi ada saja pendaftaran aplikasi yang mana ketika kita mengisi identitas palsu tidak diterima. Dalam konteks kasus diatas perlu ditindak lebih jauh walaupun sulit memang untuk mengetahui siapa sebenarnya sukis itu.

    M.Fikri.Aulia 1506756583

    BalasHapus
  18. Wah informasi yang benar-benar baru untuk saya, terimakasih kelompok penyaji! Saya sungguh tidak menyangka bahwa ada beberapa driver pengemudi ojek online yang menyalahgunakan informasi yang tersedia untuk kemudahan penjemputan. Dan yang paling parah adalah ketika informasi tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi, baik untuk mencoba mendekati, sampai melecehkan seperti contoh diatas. Sebenarnya kemungkinan ini terjadi tidak dapat dipungkiri adanya karena kita sendiri para pengguna yang menaruh informasi pribadi di aplikasi. Hal ini seperti peringatan buat kita, bahwa penting bagi kita untuk menjaga privasi yang ada di dunia maya, karena tidak menutup kemungkinan akan disalahgunakan oleh orang lain.

    BalasHapus
  19. Wah artikel yang sangat menarik! Saya baru tahu mengenai informasi ini, dari artikel blog kelompok ini. Saya sebagai pengguna media sosial dan juga aplikasi jasa transportasi juga memiliki rasa was-was atas interaksi dengan orang baru khususnya supir ojek di aplikasi gojek online.

    Perlu bagi kita semua untuk menyadari ada data pribadi yang perlu dilindungi, karena sangat rentan sekali data pribadi yang kita input secara online dapat disalahgunakan oleh pihak yang bertanggungjawab.

    Salam,
    Geraldy Justin Caesar - 1506686204

    BalasHapus
  20. artikel yang menarik. dengan semakin berkembanganya teknologi informasi apalagi di bidang internet, makin banyak pula bermunculan inovasi-inovasi baru yang semakin memudahkan kehidupan manusia. ojek online merupakan salah satunya. sekarang hampir semua orang berganutng kepada layanan ojek online karena fiturnya yang murah, mudah, dan juga aman. tetapi disampingitu tetap perlu juga dibarengi dengan privasi dan keamananyang setara agar tidak terjadi penipuan ataupun kesalahpahaman. apalagi di jaman internet sebagai media baru di mana validasi semakin susah dilacak. Hanief Bagus Pratama - 1506756154

    BalasHapus
  21. Artikel yang cukup informatif, membuat pengguna-pengguna jasa transportasi online yang sedang sangat marak dewasa ini menjadi lebih berhati-hati. Penggunaan transportasi online memang sangat menguntungkan di satu sisi karena dapat memudahkan pekerjaan dan kegiatan siapapun. Namun, di satu sisi teknologi transportasi online juga melibatkan penyebaran informasi pribadi yaitu nama, dan nomor telepon pribadi. Dengan begitu, penyebaran informasi yang dapat dimanfaatkan dengan tidak bertanggungjawab dapat dengan mudah digunakan pihak-pihak tersebut untuk melakukan kejahatan.

    Semoga, pihak penyedia jasa ini dapat lebih memerhatikan dampak-dampak buruk dari adanya penyebaran data pribadi dari jasa transportasi online ini.

    Christopher Amaerendra (1506720564)

    BalasHapus
  22. Sejujurnya, saya baru mengetahui kasus yang menimpa DC karena pada dasarnya menjadi korban pelecehan seksual dan penipuan. Ada pihak yang dirugikan dalam kasus tersebut, tentunya DC, Sukis, dan Grab sebagai penyedia platform yang citranya menjadi buruk akibat kasus tersebut.

    Mengingat kembali konsep dalam The Online Disinhibiton Effect, bahwa di dunia maya, semua orang bisa menjadi siapa aja. Kondisi yang ditampilkan di dunia maya, bisa jadi sangat berbeda dengan realitas yang ada. Identitas dan kepribadian seseorang seolah-olah bisa diatur. Maka dari itu, sebagai pengguna internet, terutama media sosial, kita harus lebih bijak, terutama dalam membagikan informasi yang bersifat personal. Bisa jadi kita menjadi korban pencurian identitas yang kemudian disalahgunakan untuk melakukan tindak kriminalitas yang tak hanya merugikan orang lain, namun, diri kita sendiri.

    Jangan lupa untuk membagikan pengalaman dan ilmu tersebut kepada orang di sekitar kita, agar orang yang kita sayangi tak luput menjadi korban.

    Salam,
    Alexander Hridaya Bhakti (1506756293)

    BalasHapus
  23. Wah artikel ini sungguh menarik untuk dibaca! Saya juga merupakan pengguna transportasi online kurang lebih selama dua tahun belakangan ini. Sejauh ini saya biasanya mendengar bahwa yang menjadi korban adalah pengguna ojek tersebut tetapi ternyata driver juga menjadi korban. Artikel ini mengambil dari sudut pandang yang berbeda yang tidak biasanya sehingga tidak mainstream.

    Seiring perkembangan teknologi yang membawa pengaruh positif juga membawa pengaruh negatif. Untuk meminimalisir dampak negatif dari media digital dapat dilakukan dengan pendidikan literasi digital. Sejatinya privasi adalah milik orang yang tidak dapat dicuri oleh orang lain karena melanggar hukum. Apabila telah terliterasi dengan baik masyarakat dapat memproteksi diri dari bahaya-bahaya negatif dan menggunakan media digital dengan baik dan benar.

    Aditama
    1506755523

    BalasHapus

  24. Postingan ini cukup menarik, karena sering kita ketahui penyalahgunaan identitas banyak yang menimpa para customer, tapi ternyata juga dapat menimpa sang driver. Berita ini sudah sangat tersebar luas dimedia sosial yang menyatakan bahwa perlakuan Sukis sangat tidak sopan dan melanggar keras secara etika. Namun, jika pada kenyataannya ternyata Sukis sendiri adalah korban, sangat menarik dan bisa sangat berkaitan, tindakan peneroran tersebut terjadi kepada DC disaat waktu yang tepat, dan seolah-olah tau sangat mengetahui kronologisnya persis secara berurutan, yaitu setelah DC membatalkan pesanan Sukis karena jarak yang jauh, dan tiba-tiba tokoh fiktif Sukis ini menyapa dengan memarah-marahi dan mengatakan secara logis seperti tau DC telah memesan jasa driver Suki dan membatalkannya. Padahal secara fakta, tidak tau keberadaan Suki fiktif itu berada dimana dan bagaimana dia bisa memantau sedemikian rupa, sehingga bisa mengikuti persis apa saja yang telah dialami oleh Suki yang sebenarnya.

    -Dewi Rizka Aulia (1506720785)

    BalasHapus
  25. Terima kasih atas paparannya, cukup menambah wawasan mengenai kejadian sosial di kehidupan kita. Sebagai salah satu pengguna jasa transportasi daring hampuir setiap hari, saya juga merasa was-was dalam memakai layanan tersebut. Namun saya rasa belum semua pengguna jasa transportasi daring sadar bahwa privasi mereka sedang dalam kondisi lemah dalam pencurian. Pihak pengemudi dapat dengan mudah melakukan profiling dari data yang disediakan pengguna layanan. Hal ini tentu dapat melanggar undang-undang privasi. Dalam konteks ini, Pak Sukin juga dapat dijerat pasal dalam UU ITE tentang pencemaran nama baik. Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah tersebut perusahaan transportasi daring perlu menghasilkan solusi-solusi pratis. Solusi yang dapat ditawarkan dapat seperti bagaimana perusahaan transportasi daring membuat sistem yang dapat menghilangkan identitas pengguna saat pemesanan telah berhasil dilakukabn. Mungkin di atas telah sedikit disinggung mengenai algoritma yang akan diterapkan, namun saya rasa dapat lebih elaborasi penjelasan dan implikasi terhadap dampak positif yang dihasilkan dari algoritma itu sendiri.

    Kenny Hutomo - 1506720532

    BalasHapus
  26. Seperti yang disampaikan oleh http://mediadisekitarkita.blogspot.co.id/, kasus pelanggaran privasi dari transportasi daring memang sedang marak terjadi. Kasus ini sedang berusaha untuk ditangani oleh pihak-pihak terkait, namun, hingga sekarang, masih belum terlihat perubahan yang berarti yang dilakukan guna meminimalisir dan/atau menghindari kasus pelanggaran-pelanggaran privasi konsumen seperti yang telah disebutkan di atas.
    Di sisi lain, kasus pencurian identitas pengemudi Grab tersebut merupakan permasalahan baru lagi yang harus diselesaikan pihak penyedia jasa transportasi daring tersebut. Karena interaksi melalui dunia maya bersifat anonymous, asynchronous, dan invisible, maka orang-orang semakin mudah melakukan pencurian identitas tersebut karena mereka tidak terlacak. Permasalahan ini harus diselesaikan secepat mungkin karena pencurian identitas sangat berbahaya dan dapat memicu kejahatan-kejahatan lain yang dapat dilakukan melalui aplikasi-aplikasi seperti aplikasi transportasi daring ini. Semoga pihak terkait segera mencari cara untuk menyelesaikan permasalahan ini.

    Terima kasih :)
    Alvina Liyandra - 1506723471

    BalasHapus
  27. Kasus ini sangat menarik! Saya jadi teringat Online Disinhibiton Effect. Dunia maya memungkinkan semua orang bisa menjadi siapa aja. Apa yang ditampilkan kadang tidak sama dengan realitas yang ada. Untung saja, korban menghampiri tempat basecamp grab dan dapat menyelesaikan nya dengan baik dengan driver yang ada disana. Hal ini mengingatkan kita untuk lebih kritis dan hati - hati terhadap siapapun yang 'mengaku ngaku' menjadi seseorang yang lain di internet.
    sarah, 1506685933

    BalasHapus
  28. Ya begitulah dunia maya saya aja sbg Grab Driver diputus mitra dengan alasan akun disalahgunakan "pihak lain" tanpa ada solusi akar permasalahan nya...jd pengangguran lg deh...😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul.contohnya sy.foto semua data disalah gunakan untuk daftar grab car.padal sy ga pernah daftar sebagai grab car.

      Hapus

Back
to top