We Create Technology or Technology Creates Us?


by Dhika Pertiwi (1506755605) 


Hidup di zaman sekarang didampingi teknologi yang canggih tentunya merupakan anugerah bagi umat manusia. Tapi bener nggak tuh sepenuhnya anugerah? Seyogyanya sih teknologi itu mempermudah hidup kita, tapi tanpa atau dengan kita sadari sebenarnya teknologi itu berdampak macam-macam loh! Berbicara soal dampak, emang iyaya teknologi yang memberikan dampak pada perilaku dan pola hidup manusia? Atau jangan-jangan pola hidup dan perilaku manusia yang berdampak pada teknologi kemudian mempengaruhi perkembangannya?

Kalian tahu nggak, kalau sebenarnya dua sudut pandang ini ada teorinya masing-masing loh! Yaitu Technological Determinism dan Social construction of technology. Menurut Thorstein Veblen (1857-1929) yang merupakan sosiologis dan ekonomiwan dari Amerika, “Technological determinism is a reductionist theory that presumes that a society's technology drives the development of its social structure and cultural values”. Kalau menurut sudut pandang teori ini, teknologi itu yang membentuk struktur sosial dan nilai budaya pada masyarakat.Teori yang selanjutnya akan kita bahas ini malah melihatnya dari sudut pandang yang berlawanan. Menurut IGI Global Dictionary, teori Social construction of technology  atau yang disingkat dengan SCOT,   “…is a theory within the field of Science and Technology Studies. Advocates of SCOT—that is, social constructivists—argue that technology does not determine human action, but that rather, human action shapes technology” . Dari penjelasan barusan, teknologi itu tidak menentukan bagaimana manusia berperilaku, melainkan manusia itu sendiri yang sedemikian rupa menciptakan teknologi sesuai dengan kebutuhannya yang semakin kompleks. 

Coba yuk untuk lebih memahaminya dan membuka pikiran kita tentang siapa atau apa yang dipengaruhi, kita gunakan dua sudut pandang itu pada teknologi yang kekinian aja ya. Saya sendiri akan membahas tentang VR. Sudah pada tahu belum tentang dua teknologi terbaru ini? kalau belum tahu, VR itu Virtual Reality, suatu alat yang akan membuat kita merasa seperti berada dalam situasi nyata. Ya gitu aja penjelasan dari saya, browsing aja dulu ya kalo mau tahu lebih lengkap tentang VR. 

Kalau dengan sudut pandang teori SCOT, munculnya VR disebabkan karena manusia membutuhkan hal yang lebih mumpuni dalam suatu hal. Teman saya kebetulan  seorang gamer,  dia bilang tadinya bermain game hanya dengan satu layar tidak puas, kemudian ditambah dua layar, kemudian tiga layar. Wah kalo gitu caranya, hidup ini akan penuh dengan layar doang ya. Makanya diciptakanlah VR untuk memfasilitasi pandangan mata kita. Begitu juga dengan fungsinya kalau dipakai untuk menonton, tadinya nonton hanya 2D kemudian muncul 3D nah kemudian semenjak ada VR menjadi 4D. Begitulah bagaimana manusia dengan kebutuhannya yang makin kompleks mempengaruhi teknologi.

Sekarang kita pakai sudut pandang dari Technology Determinism, bagaimana teknologi mempengaruhi perilaku atau gaya hidup seseorang. Dengan adanya VR orang akan semakin individualis. Mungkin juga akan "menggeser" kenyataan yang bisa saja lebih indah daripada yang ditampilkan pada VR. Contoh nyata terjadi pada sepupu saya, tadinya yang tiap sore main bola bareng di lapangan atau main game bareng di warnet jadinya main VR. Katanya lebih kece, lebih real, kemudian asik di kamar sendirian memakai VR. Yang tadinya suka nonton bareng rame-rame ke bioskop or simply di rumah bareng keluarga bareng temen, jadi beralih menggunakan VR. Kemudian sibuk sendiri. Gak keluar kamar. VR gak lepas dari mata. See? Gimana ternyata teknologi juga mempengaruhi manusia.





Jadi sebenarnya teknologi itu mempengaruhi tingkah laku manusia atau kita yang mempengaruhi munculnya teknologi-teknologi itu ya? Nggak ada yang salah kok! Kita hanya melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda. Jadi, kalian lebih mau melihatnya dari sudut pandang yang mana nih



Referensi:

Dwivedi, Yogesh K. 2009. Handbook of Research on Contemporary Theoretical Models in Information Systems. IGI Global: USA.

Sumber Gambar:

Google

 

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top